Pasanganku Sebab Kesembuhanku

 


Pasanganku Menyembuhkanku


Ustadz Zaidul Akbar :


Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kesempatan kita pada malam hari ini untuk menyebut namanya. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kesempatan kita untuk hadir ke muka bumi ini untuk beribadah, untuk menyembahNya dan mempersiapkan sebuah pertemuan yang agung denganNya kelak suatu hari. 


Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan tangan kita, mata kita, telinga kita, rambut kita, kaki kita, dan seluruh anggota tubuh kita ini. Segala puji bagi Allah yang jika dikumpulkan semua lautan yang ada di bumi ini, di dunia ini, ditambah lagi dengan tujuh lautan lagi, maka tidak akan habis untuk memujiNya dan menyanjungNya. Karena Allahlah segala pemilik segala pujian. Allahlah pemilik segala kesombongan. Allahlah pemilik segala kebutuhan makhluk hidup. Termasuk kita yang hadir pada malam hari ini. 


Allah Subhanahu wa taala memberikan panduan kepada kita semua dengan sebuah kitab yang mulia. Dan kitab itu diturunkan kepada manusia yang mulia dan kitab itu juga diturunkan melalui seorang malaikat yang mulia yaitu Jibril ‘Alaihi Salam dan manusia mulia tersebut yaitu Muhammad sallallahu ‘alaihi wasallam. 


Izinkan saya membuka majelis malam hari ini dengan mengutip sebuah kalimat yang agung dari Allah Subhanahu wa ta’ala dalam kitabNya yang mulia yang kalimat atau ayat ini ada dalam surah Az-Zumar. 


Auzubillahiminasyaitanirrajim. Bismillahirrahmanirrahim. 


قُلْ يَٰعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ أَسْرَفُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا۟ مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ


Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”


Sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa-dosa kita, dosa Anda, dosa-dosa saya. Innallaha gfurur rahim. Sesungguhnya Allah itu maha pengasih lagi maha penyayang. 


Ketika semua dimulai dengan Qur’an, maka seluruh aliran itu nanti akan berisi dengan mutiara-mutiara Qur’an. Nah, itulah majelis yang akan kita lakukan insyaallah malam hari ini. Kita akan jalani bersama pada malam hari ini yang tidak lain tidak tidak bukan semua itu dalam rangka kita saling menasehati. 


Allah sudah menjelaskan kepada kita dalam surah al-asr. 

وَٱلْعَصْرِ

إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لَفِى خُسْرٍ

إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْحَقِّ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ


Saya, di sini bukanlah orang yang paling suci. Saya di sini bukan orang yang paling baik, tapi tugas kita sesama muslim adalah saling menasihati, saling merangkul.


Dan tentunya dalam rangka kebaikan dan kita mempersiapkan diri kita, hati kita, jiwa kita, bahkan jasad kita ini untuk bertemu dengan Allah dalam keadaan yang baik. Karena Allah Subhanahu wa taala menciptakan tubuh kita dalam keadaan yang baik dan Allah ingin kita juga kembali pada Allah dalam keadaan yang baik. 


Itulah salah satu tujuan majelis kita ini kita buat. Dan alhamdulillah saya bersyukur pada Allah dan bahagia sekali malam hari ini saya dibersamai dan saya pun membersamai seorang yang sangat saya kagumi, seorang yang sangat saya masyaallah hormati dan sayangi. Dan pastinya saya cinta beliau karena Allah. Karena hidup dengan cinta itu menjadi sesuatu atau hidup yang penuh dengan makna. Kalau orang hidup penuh dengan cinta, maka dia akan punya meaningful life. Dan alhamdulillah, masyaallah hal ini malam hari ini saya ditemani oleh guru saya, sahabat saya, saudara seiman saya, masyaallah Ustaz Herfi Gulam Faizi hafizahullahu taala. Asalamualaikum, Ustaz. 


Ustadz Herfi : Waalaikumsalam warahmatullah. Ahlan wasahlan dok. 


Ustadz Zaidul Akbar : Ahlan baik, Ustadz. Iya, semoga Allah Subhanahu wa taala selalu mencintai antum. Amin. Amin. Insyaallah, Ustaz. Alhamdulillah. Alhamdulillah. Masyaallah. Ya. Jadi, malam hari ini kita akan bincang-bincang tentang satu tema, Ustaz, yang judulnya mungkin sudah dibaca oleh teman-teman sekalian, Bapak, Ibu sekalian, ‘Pasanganmu, sebab kesembuhanmu’. Nah, biar majelis kita ini penuh dengan lantunan dan percikan-percikan mutiara Al-Qur'an dari kitab yang mulia itu dan tentunya dari panduan Nabi kita sallallahu alaihi wasallam. Mari kita dengarkan dulu penjelasan tentunya siraman-siraman mutiara dari Ustadz Herfi yang nanti mudah-mudahan dari situ ada hal-hal yang kita bisa letakkan dalam hati kita, pikiran kita. 


Pembukaan video tadi, masya Allah, masyaallah karena kita tahu dunia ini adalah tempat ujian teman-teman sekalian, tapi ujian itu yakinlah tidak lama. Yang pertama itu dan yakinlah bahwa Allah memberikan solusi atas apapun yang kita jalani di dunia ini, termasuk ujian yang kita jalani sekarang ataupun sakit dalam hati kita yang sedang kita alami saat ini. Oleh karena itu mungkin saya meminta memohon pada Ustaz Hertf untuk memberikan siraman rohani dulu. Nanti kita akan diskusi bersama dan mudah-mudahan dari situ ada banyak ibrah ya, ada banyak hikmah-hikmah yang kita bisa pakai untuk membuat kita atau hidup kita lebih baik. 


Ustadz Herfi :

Baik, terima kasih Dr. Zaidul Akbar. Teman-teman semuanya, asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahiabbil alamin wabihi nastain umri dunya wdin wasatu wasalamu ala asrofil iya wa imamil mursalin waa alihi wasbihi waman tabiahu bisanin yaumiddin. Amma ba'du. 


Saudara sekalian yang dimuliakan Allah subhanahu wa taala. Alhamdulillah senang sekali pada kesempatan malam hari ini bisa membersamai Dr. Zaidul Akbar dan juga membersamai semua teman-teman di mana pun berada. 


Harapan saya satu, mudah-mudahan kebersamaan malam hari ini bisa menjadi cerita-cerita romantisme, ketaatan kita saat kita nanti kumpul di surganya Allah Subhanahu wa taala. Karena aktivitas kita nanti di surga adalah saling bertanya satu sama lain, saling bercerita satu sama lain tentang gimana sih ceritanya dulu di dunia kok sekarang kamu bisa ada di surga ini. :’)


Nah, mudah-mudahan apa yang kita lakukan pada malam hari ini ngaji bareng bersama dengan Dr. Zaidul Akbar ya. Nanti kita akan belajar tentang bagaimana kita membina rumah tangga sehingga sebenarnya rumah tangga itu menjadi satu iklim yang sangat sehat untuk mental kita dan juga untuk fisik kita. Ini kenikmatan luar biasa. Dan di awal tentu ada banyak hal yang mesti kita berhenti sejenaklah dari perjalanan kehidupan kita. 


Kita mesti berhenti sejenak berpikir ya tentang kehidupan kita dalam rumah tangga hari ini, merenungkan, memaknai, mendefinisikan ulang, mengevaluasi segalanya. Karena hari ini ada satu fakta yang sebenarnya sangat miris dan fakta itu adalah ya hari ini kita mendapati orang itu bisa membangun rumah megah dan mewah tapi ternyata nuansa kekeluargaan yang ada di dalam rumah itu itu sangat rendah. 


Kualitas kekeluargaan yang ada di dalam rumah itu tuh sangat rendah. Jadi, rumah mewah bisa dibangun ya. Tapi kehangatan ya, kehangatan kekeluargaan itu menjadi sesuatu yang sangat mahal. Dan hari ini kita mengetahui semuanya seperti itu. Salah satu biaya hidup yang mahal adalah biaya pernikahan ya. Untuk sekali pernikahan, sekali menyelenggarakan pernikahan itu kita bisa tahu tuh angkannya sangat besar sekali. Tapi sangat ironis gitu ketika hari ini kita mendapati angka perceraian itu naik terus tiap tahunnya. Dan ini tentunya adalah satu fenomena yang mestinya menyebabkan orang-orang beriman yang Allah karuniai hati yang peka itu untuk berhenti sejenaklah dalam hidup ini. 


Yuk, kita evaluasi kembali perjalanan rumah tangga kita ya, 

  • supaya kekurangan-kekurangan bisa terus diperbaiki, 
  • supaya kekhilafan-kekhilafan itu bisa terus dimaafkan, 
  • supaya hal-hal yang itu sebenarnya adalah kezaliman di dalam rumah tangga apakah dilakukan oleh seorang suami atau istri. istri itu kemudian bisa ditobati ya, bisa dimintakan maaf kepada Allah Subhanahu wa taala 
  • sehingga jika sudah tidak ada lagi kezaliman maka insyaallah yang turun adalah rahmat, mawadah, dan sakinah dari Allah Subhanahu wa taala. 


Dan terkait dengan pernikahan ini sebenarnya ada satu ayat yang sangat menarik. Ayat yang sangat menarik dan ayat ini sudah sangat familiar. Sering kita dengar di dalam lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an saat kita itu hadir di acara akad nikah. Dan ayat itu adalah firman Allah dalam Quran surah Ar-Rum ayat 21. 


Allah berfirman, 

وَمِنْ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَٰجًا لِّتَسْكُنُوٓا۟ إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ


Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.


Sesungguhnya di antara tanda kebesaran Allah itu ‘an khalaq lakum min anfusikum’. Ketika Allah itu menciptakan dari dirimu pasanganmu. Ketika Allah menciptakan dari jiwamu pasanganmu. Ya litaskunu ilaiha. Supaya kamu mendapatkan ketenangan pada pasanganmu itu. Wa'ala bainakum mawaddatan warahmah. Kemudian Allah menjadikan untuk kalian antara kalian itu mawaddah, rasa cinta warahmah dan kasih sayang. Inna fidzalika laayat liqumi yatafakkarun. Yang itu sebenarnya ada tanda-tanda kebesaran Allah bagi kaum yang mau merenung. Merenung. Bagi kaum yang mau berpikir. 


Ustadz Zaidul Akbar : 

Ustadz, mungkin bisa kita masuk bahasan tentang kimia kebahagiaan. Kimia kebahagiaan. Ada kalimat yang menarik dalam penjelasan tersebut ya dalam buku Imam Ghazali tersebut rahimahullah antara bedanya kesenangan, bedanya kebahagiaan dan sebenarnya apa masalah di kehidupan modern saat ini sehingga banyak orang yang akhirnya karena mereka mengalami defisiensi mungkin kebahagiaan itu atau defisiensi makna dari kebahagiaan atau kesenangan itu sehingga sehingga yang terjadi itu hidup mereka menjadi hampa. Sehingga ketika mereka menikah ya kemudian berumah tangga yang ada di situ bukan kebahagiaan tapi bukan apa ya mungkin bahasa itu ketegangan dan bahkan penderitaan penderitaan. Sehingga tadi disampaikan Ustadz Herfi tadi juga masyaallah ya angka perceraian semakin meningkat. 


Saya sebenarnya malam ini mungkin ngaji syahdu mungkin ya. Saya kalau enggak ditahan nih sudah nangis dari tadi mungkin karena sedih gitu, Ustadz.


Ustadz Herfi : Sedih. Kenapa? 


Ustadz Zaidul Akbar : 

Karena Al-Qur'an yang harusnya menjadi panduan kita. Bahkan banyak orang menghafal Quran. Tapi tidak seperti terinstal. Bahkan yang hafal Quran pun kadang-kadang mohon maaf itu akhlak dan adabnya pun bermasalah. Jadi itu apa yang salah dengan ini semua? sehingga kita keluarga muslim ini kayak ya berantakan gitu, Ustadz. 


Dan ini iya ya kita pasti sedih ya karena kita tahu bahwa rumah tangga itu adalah tempat deposit kebaikan dan pahala yang paling besar dan amal yang paling lama bertahan gitu kan. cuman justru malah di situ seperti jadi neraka, neraka buat hati dan neraka buat yang menjalani itu gitu loh. Sehingga dimana letaknya ini kalau mungkin boleh Ustadz Herfi jelaskan masalahnya di mana sehingga muncullah penyakit-penyakit, katakanlah berhubungan dengan hati, mental dan termasuk penyakit fisik juga dalam sudut pandang syariat gitu, Ustadz? 


Ustadz Herfi :

Baik. Kalau yang pertama tadi, Dok, terkait dengan kesenangan dan kebahagiaan itu, ya, maka sebenarnya simpel untuk membedakan antara keduanya. 


Karena kalau kesenangan itu pasti sesuai dengan nafsu kita. Pasti sesuai dengan ego kita, gitu. Sehingga ketika ada sesuatu yang bertentangan dengan ego kita, maka terampas juga pada saat itu kesenangan kita. Seketika.


Seketika itu makanya kesenangan itu sifatnya sebenarnya mubah, memang nafsu itu harus dituruti, tapi kalau berlebihan ya maka jadinya adalah madharat. Dan itu kesenangan. 


Jadi, kesenangan itu sebenarnya kecocokan antara apa yang dilakukan dengan nafsu itu senang dan sangat temporari ya. Selain temporari itu adalah kebahagiaan versi binatang dan itu yang dijadikan mungkin panduan orang-orang yang hidup zaman sekarang sehingga yang sebenarnya itu tuh bukan kebahagiaan ya. Itu bukan kebahagiaan, tapi itu kesenangan. 


Kalau kebahagiaan, levelnya lebih tinggi daripada itu. bahwa bahkan dalam kondisi keadaan tidak sesuai dengan apa yang dimau, enggak nyamanlah mungkin bahasanya. Kondisi yang tidak nyaman dia tetap merasakan ketenangan, dia tetap merasakan kedamaian. Kayak gitu. Itu bahagia itu demikian. 


Nah, konsep berumah tangga dalam Islam tuh yang kedua itu, Dok. Bahagia. Jadi, bukan hanya sekedar senang gitu. Karena, senang enggak perlu kita kejar, sudah pasti kita dapatkan. Dan saya yakinlah gak ada orang yang memutuskan untuk menikah yang ndak punya keinginan untuk bahagia. Semua orang yang nikah penginnya bahagia. 


Cuma ya kita perlu jujur, kita perlu punya kesadaran terkait dengan kondisi rumah tangga kita itu. Benarkah kita sudah sampai pada kebahagiaan tersebut atau sebenarnya ya itu bahkan kesenangan pun tidak kita dapat di dalamnya. Karena begitu kita bicara rumah tangga, kita tidak hanya bicara tentang rumah tempat fisik kita tinggal, tapi kita bicara tentang rumah tempat hati kita bersemayam. Rumah tempat hati kita bersemayam.


Jadi ingat beberapa hadis dan kisah-kisah bagaimana Nabi berdoa, "Ya Allah jadikan kekayaan itu dalam hatiku." Gitu kan. Artinya jadikan surga itu ada pada hatiku. 


Yang ini mungkin pernah disebutkan juga oleh Ibnu Taimiyah rahimahullah yang waktu beliau dipenjara pun beliau mengatakan, “untuk apa kalian penjarakan aku. Karena ya surgaku ada di hatiku.”


Surgaku ada di hatiku. Jadi gak ada yang bisa merampas. Kalau bahasanya Rumi begini, “kamu itu punya mata air di dalam jiwamu. Buat apa kemudian kamu berjalan ke sana kemari membawa ember untuk mencari air?"


Jadi sebenarnya sumber kebahagiaan itu ada di dalam diri kita. Jika kita bicara rumah tangga ya, bagi saya tidak hanya sekedar bicara tentang rumah dan tangga gitu. Atau kita tidak hanya bicara tentang rumah tempat tinggal fisik kita ya. Yang untuk tidur nyaman, spring bednya nyaman, ruangannya nyaman. Tidak hanya itu. Kenapa? Karena masyaallah ketika bicara rumah tangga maka Quran mengatakan ‘wamin ayatihi an khalaqo lakum min anfusikum’, dari pasangan wajah ‘anfusikum’ itu dari di antara tanda kekuasaan Allah.


Ketika Allah menjadikan ‘min anfusikum’, kalau kita baca di terjemahan min anfusikum itu adalah pasangan dari jenismu. Tapi itu pemaknaan majaz. Makna hakiki nafs itu jiwa. 


Maka pasangan itu min anfusikum ‘dari jiwamu’. Dari jiwa kamu gitu loh. Makanya kalau nikah maka itu sifatnya adalah fisik.

Tapi kalau berpasangan setelah menikah itu babnya adalah bab mental. Babnya adalah bab tentang jiwa. Jadi hubungan kita adalah hubungan kejiwaan. Ya, bahkan masyaallah kalau hari ini kita mau bicara tentang pasanganmu itu adalah bagian dari jiwamu, maka mestinya ndak ada yang lebih paham psikologi pasangan kita kecuali pasangannya yang tiap hari makan berdua, tiap hari tidur bareng gitu ya. Masyaallah. 


Masyaallah. mestinya itu yang bisa lebih paham tentang kondisi kejiwaan pasangan. 


Dokter Zaidul Akbar :

Ya, artinya mungkin gini, Ustaz. Saya membayangkan jiwa-jiwa itu tuh teraduk, teradon dalam sebuah adonan jiwa bersama bernama rumah tangga sehingga sebenarnya dia bisa merasakan dengan baik jiwa sang pasangan istri atau suami.


Ustadz Herfi : 

Makanya tadi, Dok, kita masyaallah lah Allah itu ketika milih diksi untuk ayatnya itu enggak main-main. Itu panduan tuh, Dok. 


Umumnya, hari ini kalau kita melihat nikah itu ya di pelaminan dan seterusnya, rumah tangga itu aktivitasnya begitu-itulah kurang lebih begitu. Tapi ternyata begitu bicara tentang hidup berpasangan, maka Allah itu langsung bicara yang konteksnya itu adalah tentang kejiwaan. Hubungannya bukan hubungan sekedar fisik, tapi menikah itu hubungannya adalah hubungan kejiwaan.  Itu karena pada akhirnya ya kita akan berinteraksi dengan mental pasangan kita, bukan fisiknya. 


Kesimpulan (dari berbagai insight teman-teman di Grup WAG)


  • Pentingnya memperbaiki mindset kita bahwa nikah itu rumit. Jika orang barat saja yakin bahwa nikah itu menyehatkan mental kita, terus kenapa kita yang muslim tidak yakin bahwa nikah itu menyehatkan mental kita, dan Allah juga berfirman, khususnya kepada orang yang merasa belum punya uang 

إن يكونوا فقراء يغنهم اللّه


  • Mengingatkan kita tentang pentingnya menjaga hati. Dalam hadits juga disebutkan

 عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ". (رواه البخاري ومسلم)


  • Bahwa nikah itu bukan tentang memikirkan ego, tapi tentang bagaimana kita saling memahami antara suami dan istri. Imam Syafi'i juga pernah berkata bahwa berkeluarga itu butuh upaya dari masing² pasangan untuk membuat keluarga itu tetap kokoh, tapi cukup dengan salah satu pasangan saja untuk membuat keluarga itu roboh.

  • Pemahaman tentang konsep kesenangan dan kebahagiaan. Kesenangan mengarah pada nafsu/ego jika berlebihan bisa membawa mudharat. Sedangkan kebahagiaan itu walaupun sedang dalam keadaan tidak nyaman sekalipun bisa tetap tetap tenang dan damai. 
  • Memahami emosi yang berlebihan seperti takut, marah dan cemas yang terus ditumpuk di mana efek emosi hari ini akan berbeda dengan efek emosi kemarin yang terus bertumpuk itu akan berakibat pada sakit fisik.
  • Memahami bahwa segala hal yang bersifat emosional sifatnya panas dan organ yang bekerja adalah hati. Sehinggal ada korelasi antara penyakit asam lambung dengan sesuatu emosi yang tertahan. 
  • Perihal yang bisa kita lakukan dari semua dampak emosi yang ada adalah memaafkan. Pertama adalah maafkan diri, maafkan pasangan, maafkan orang tua, dan maafkan leluhur. 
  • Karena setiap syariat yang turun adalah untuk membahagiakan manusia. Menikah adalah bahagian dari syariat. Dan menikah itu membuat bahagia. Maka sabar terhadap kekurangan pasangan adalah untuk tetap berada dalam syariat sehingga setiap pasangan hidup bahagia. Karena pasanganku adalah sebab dari kesembuhanku.
  • Melalui kajian ini, saya tercerahkan bahwa obat yang ampuh untuk penyakit jasad ada di depan mata, yaitu memaafkan. Karena jasad perlahan akan membaik dan seimbang jika jiwa baik, dan memperbaiki jiwa dimulai dari memaafkan, salah satunya adalah memaafkan pasangan. Sebagai manusia, pasangan kita tidak mungkin sempurna, pasti ada kesalahan. Jika kita menuntut pasangan harus seperti keinginan kita maka  kita akan kecewa. Maka, abaikan kekurangan pasangan dan jadikan ini ruang untuk meraup pahala sebanyak-banyaknya. Maka, memaafkan pasangan insyaAllah bisa menjadi kunci kesembuhan kita.
  • pernikahan adalah seni memaafkan, sebagaimana kita yang menginginkan pasangan menerima kekurangan kita, maka terimalah kekurangannya, maafkan kesalahannya agar tidak menjadi beban emosional yang mengendap dan menjadi penyakit fisik.

" Sesungguhnya dalam Rumah tangga banyak amal ibadah yg bisa kita lakukan, mencari pahala dari berbagai macam perbuatan yg kita lakukan...
Rumah tempat hati kita bersemayam...
Tujuan kita menikah adalah Perintah Allah..
Jadi kita harus menjalan kan sesuai Aturan nya Allah..
Seni tingkat tinggi dalam berumah tangga adalah IKHTISAB.. sabarmu lebih luas ...
Ridho terhadap pemberian Allah, apapun itu... 
Ingat, ketika sabar ada syurga yg kita tuju..

Mudahlah memberi maaf dan memaafkan , karena dg memaafkan hati akan menjadi tenang... Jasad akan sehat...
Pasangan mu adalah bagian dari jiwamu..."

Comments

Popular posts from this blog

Mukaddimah Kurikulum Pendidikan Anak dalam Keluarga Muslim sesuai Tahapan Usia bersama Ustadz Herfi Ghulam Faizi

Mendidik Anak Usia 7-9 Tahun

Mendidik Anak Usia 1-3 Tahun