Mendidik Anak Usia 1-3 Tahun
Anak Usia 1-3 tahun
Kajian/Pemateri oleh Ustadz Herfi Ghulam Faizi,Lc.
Rangkuman Ditulis oleh Khoirun Nikmah
Mudah-mudahan Allah subhanahu wata’ala selalu memberikan perlindungan penjagaan bimbingan dan taufik kepada kita semuanya. Alhamdulillahirabbil’alamin puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah atas semua kenikmatan-kenikmatan yang telah diberikan kepada kita.
Kenikmatan berkeluarga dan kenikmatan mengasuh anak, yang mana kenikmatan-kenikmatan itu terlihat sangat indah sekali di mata orang-orang yang belum mendapatkan kenikmatan itu. Hanya saja terkadang bagi kita yang mendapatkan kenikmatan itu, merasakan adanya beban memaknai nikmat itu sebagai sebuah beban padahal dalam kacamata orang yang belum mendapatkan nikmat berkeluarga.
Contohnya :
⁃ Banyak di luar sana orang-orang yang masih jomblo-jomblo belum menikah, pengin menikah, ada yang proses sekali belum berhasil, ada yang lebih dari lima kali, belum berhasil. Lebih dari 10 kali belum berhasil juga. Ada dari mereka itu melihat orang yang sudah nikah itu kayaknya enak banget, nikmat banget, kenikmatannya luar biasa.
⁃ Pun juga ada yang sudah menikah, belum mendapatkan karunia anak itu juga sama melihat yang memiliki anak tuh rasanya pengin pengin dapat nikmat ya gitu ya enak banget dan seterusnya.
⁃ Dan tapi sebaliknya keluarga-keluarga kalau tidak punya kesadaran itu, begitu punya anak, mereka menganggap mendidik anak itu beban.
⁃ Begitu juga dengan keluarga-keluarga yang tidak memiliki kesadaran serupa, juga sama menganggap kalau berkeluarga interaksi suami istri itu rasanya adalah beban dan tanggung jawab. Sehingga jadi tidak dinikmati, dan efek akhirnya adalah tidak disyukuri. Dan ujungnya mengingkari nikmat.
Jadi, segala kenikmatan itu adalah perlu syukur, kalau kenikmatan tidak disyukuri, ya seperti sapu lidi yang sudah tidak ada lagi pengikatnya. Sehingga kenikmatan-kenikmatan itu akan tercerai-berai, akan berhamburan.
Pendahuluan (Pengkondisian Spiritual)
Sebagai pengkondisian spiritual, kita mengangkat dua pernyataan.
1. yang pertama, pernyataannya az-Zamakhsyari (yang di pertemuan sebelumnya sudah kita sampaikan).
2. dan yang kedua, pernyataan Dr muhammad Khair Asy-Sya’al.
az-Zamakhsyari mengatakan, Allah merahmati seseorang yang berkata, "Wahai keluargaku jagalah salatmu, puasamu, zakatmu, orang miskin di sekitarmu, anak yatim di sekelilingmu.” Semoga Allah mengumpulkan mereka bersamanya di surga."
Dr Muhammad Khair Asya'al mengatakan "Kehidupan berkeluarga adalah mihrab ibadah."
⁃ mihrab itu tempat paling istimewa di dalam masjid, biasanya digunakan untuk imam dan untuk khatib itu namanya mihrab. Jadi, keluarga itu kayak mihrab. Mihrab itu fungsinya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Nah, keluarga itu mihrab. Dan mendidik anak adalah salah satu pintunya. Di mihrab ada salat, di mihrab ada khotbah, di mihrab ada ngaji, di mihrab ada aktivitas-aktivitas taqarrub kepada Allah. Nah kalau keluarga itu adalah mihrab ibadah maka di mihrab itu ada satu aktivitas, satu pintu yang bisa kita gunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan itu adalah mendidik anak. Semoga usaha kita untuk mendidik keluarga menambah kualitas dekatnya diri kita kepada Allah.
⁃ pahami bahwa kita didik anak tujuannya bukan hanya sekedar anak pintar thok (saja), kita didik anak tujuannya bukan supaya anak itu punya moral saja. Lakukan tujuan itu yang tadi (pinter, bermoral), tapi jangan lupa tujuan yang lebih fundamental daripada itu ,apa? yaitu tujuan kita didik anak itu sebenarnya kita pengin taqarrub kepada Allah, kita pengin lebih dekat lagi dengan Allah. Maka, kita didik anak ya harus pakai panduan-panduan yang digariskan oleh Allah Subhanahu wa taala dan oleh Rasul-Nya.
⁃ maka, Al-Qur'an dan kitab-kitab hadis, serta kitab-kitab sirah itu adalah sumber inspirasi untuk pendidikan keluarga, khususnya pendidikan anak.
Tujuan Mendidik Anak
INGAT, tujuan kita didik anak, tidak hanya sekedar supaya anak pintar. Tujuan kita didik anak, tidak hanya sekedar supaya anak itu mapan ekonominya di kemudian hari. Tujuan kita didik anak bukan hanya sekedar supaya anak bisa bersosialisasi dengan baik. Tapi tujuan kita didik anak adalah supaya diri kita sendiri semakin dekat kepada Allah subhanahu wa taala.
SATU : Memahami Kebutuhan Anak
Meminjam analogi bangunan rumah dari ungkapannya Dr muhammad Khair Asya'al. Banyak pakar pendidikan mengatakan bahwa tahun-tahun pertama dalam kehidupan anak adalah masa-masa untuk membangun pondasi. Dari disiplin ilmu teknik sipil, kita ingin melihat bahwa urutan-urutan dalam membangun bangunan tulah kurang lebih yang akan digunakan di dalam proses pendidikan anak kita. Sehingga nanti yang kita lakukan pada anak itu tidak hanya sekedar nempelin ilmu tapi kita membangun ilmu.
Pentingnya Membangun Daripada Sekadar Nempelin
Seperti logika membangun rumah, itu yang dipakai bangun rumah ada urutannya. Kenapa? karena nanti ada aktivitas seolah-olah didik anak tapi tidak membentuk, tidak membangun kepribadian anak. Anak-anak sekadar tahu A, tahu B, tahu C, tahu D, punya knowledge apa saja, tapi knowledge itu cuma tempelan, tidak membangun kepribadian. Kenapa? karena dia tidak melakukan aktivitas membangun, tapi cuma melakukan aktivitas nempelin ilmu. Maka, itu sangat berbeda karena membangun berarti ada urutannya, ada desainnya.
Dari kata ‘bangunan’ ini nanti juga banyak kita dapatkan dalam hadis-hadis Nabi. Seperti seorang muslim itu kalau kata Nabi :
Hadits yang ke-47:
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ رَسُولُ الله ﷺ: بُنِيَ الإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةِ أَنْ لا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ ، وَإِقَامِ الصَّلَاةِ ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ ، وَالْحَجِّ ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ
“Dari Abdullah bin Umar -semoga Allah meridhainya- ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: Islam dibangun di atas 5 pondasi : syahadat Laa Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah, mendirikan shalat, membayar zakat, haji, puasa ramadhan.
Kata Nabi, islam itu dibangun di atas lima pondasi. Jadi struktur Islam itu pancangnya ada lima.
Dan dalam Quran surah at-Taubah ayat 109.
أَفَمَنْ أَسَّسَ بُنْيَٰنَهُۥ عَلَىٰ تَقْوَىٰ مِنَ ٱللَّهِ وَرِضْوَٰنٍ خَيْرٌ أَم مَّنْ أَسَّسَ بُنْيَٰنَهُۥ عَلَىٰ شَفَا جُرُفٍ هَارٍ فَٱنْهَارَ بِهِۦ فِى نَارِ جَهَنَّمَ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّٰلِمِينَ
Artinya: Maka apakah orang-orang yang mendirikan mesjidnya di atas dasar takwa kepada Allah dan keridhaan-(Nya) itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka Jahannam. Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
Ketika semua itu bicara tentang bangunan semuanya. Maka logika ‘membangun’ bangunan itu harus kita hadirkan, kemudian kita gunakan untuk mendidik anak. Jadi, mendidik anak itu membangun ya. Nanti kalau kita tidak melakukan urutan pembangunan maka yang kita lakukan sebenarnya cuma nempelin-nempelin saja.
Yang namanya nempelin itu ya enggak akan nyambung antara satu bagian dengan bagian yang lain, asal-asalan saja, misal pondasi belum jadi, kemudian langsung dibuatkan dinding. Pondasi belum kokoh, belum kuat, dibangun dinding, enggak akan kokoh itu nanti. Di sebuah rumah itu pasti ada dinding, ada atap, ada tiang, ada pintu ada jendela, ada semuanya. Tapi itu sebenarnya bukan bangunan, kenapa? karena itu hanya tempelan, karena tidak ada urutan dalam mengerjakannya.
Masa-masa awal tahun pertama usia anak itu dianalogikan seperti membangun pondasi. Dan kemudian kesan pertama dalam pendidikan berdampak besar dalam kecerdasan mentalnya, akalnya dan spiritualnya.
Kesan Pertama dalam Pendidikan Berdampak Besar dalam Kecerdasan Anak (Mental, Akal/Logika, dan Spiritual)
Mungkin anak usia 1 tahun belum bisa ngomong dengan jelas tapi anak usia 1 tahun memiliki kesan dari interaksinya dengan orang-orang yang ada di sekitarnya.
Mungkin anak usia 1 tahun belum memiliki kemampuan untuk mencerna lebih detail pengetahuan yang ada di sekitarnya tapi dia punya kemampuan untuk menggambar kesan dalam dirinya dan mungkin tidak menceritakan kesan itu karena keterbatasan masalah bahasa.
Maka ini sangat penting sekali untuk memperhatikan kesan anak.
Pentingnya Memperhatikan Kemampuan Mengendalikan Emosi Anak
Banyak penelitian komparatif tentang anak yang diasuh oleh keluarganya dan yang dititipkan di panti sosial, kesimpulannya anak yang dididik
oleh keluarganya memiliki kemampuan mengendalikan emosi. Jadi mampu mengendalikan, ya pasti semua punya emosi, namanya juga manusia. Tetapi dia lebih mudah untuk diajari bagaimana mengendalikan emosi sehingga emosi itu (bahasa lainnya adalah itu salah satu dari kerja ego, sehingga kalau nurutin emosi dengan semua jenisnya- emosi itu ada rasa malu, rasa marah, rasa bosan, rasa jengkel, rasa bahagia, rasa senang itu semuanya sifatnya emosional- dan dia bisa mengendalikan itu).
Enggak sedikit hari ini orang kuliah bahkan sampai S1, S2, S3 tapi enggak bisa mengendalikan emosi dan itu pendidikan yang gagal. Karena gagal pendidikan itu gitu berarti selama ini dia hanya mentransfer knowledge, tapi knowledge itu tidak memberikan dampak pengaruh pada dirinya. Nyatanya apa? dia pintar buat ini dan itu, tapi dia enggak pintar mengendalikan emosi.
Dan ternyata salah satu faktor yang membentuknya adalah apa? ya hanya diasuh sekedarnya, anak itu diasuh oleh keluarganya sekadarnya. Indikatornya apa? indikatornya adalah anak yang dititipkan itu suka teriak-teriak, takut dengan orang asing, dan kurang percaya diri saat bermain.
Maka dari situ, bisa dipahami bahwa kebutuhan anak di usia ini ada tiga :
1. satu, yang berhubungan dengan asupan makanan.
2. kedua, yang berhubungan dengan asupan mental.
3. tiga, yang berhubungan dengan masalah perlindungan.
Maka, menjadi anak itu butuh perlindungan asupan makanannya, asupan mentalnya dan anak butuh perlindungan (secure, merasa aman) di tiga tahun pertama ini.
Hikmah Menyusui : Tiga Kebutuhan Menjadi Satu
Surah Al-Baqarah ayat 233.
۞ وَٱلْوَٰلِدَٰتُ يُرْضِعْنَ أَوْلَٰدَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ ۖ لِمَنْ أَرَادَ أَن يُتِمَّ ٱلرَّضَاعَةَ ۚ وَعَلَى ٱلْمَوْلُودِ لَهُۥ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِٱلْمَعْرُوفِ ۚ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَا تُضَآرَّ وَٰلِدَةٌۢ بِوَلَدِهَا وَلَا مَوْلُودٌ لَّهُۥ بِوَلَدِهِۦ ۚ وَعَلَى ٱلْوَارِثِ مِثْلُ ذَٰلِكَ ۗ فَإِنْ أَرَادَا فِصَالًا عَن تَرَاضٍ مِّنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا ۗ وَإِنْ أَرَدتُّمْ أَن تَسْتَرْضِعُوٓا۟ أَوْلَٰدَكُمْ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ إِذَا سَلَّمْتُم مَّآ ءَاتَيْتُم بِٱلْمَعْرُوفِ ۗ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Artinya:
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
Dalam menghadirkan ayat ini setelah ada data dan analisa tentang kebutuhan anak di 3 tahun pertama tadi bahwa ternyata tiga kebutuhan itu bisa dipenuhi oleh orang tua dengan satu aktivitas yaitu menyusui. Jadi, menyusui itu memenuhi tiga kebutuhan sekaligus.
Dalam ayat, “..ibu-ibu hendaknya menyusui anaknya..” ini kalimatnya kalimat berita ya, tapi para ulama mengatakan kalimat berita yang maknanya adalah perintah.
Jadi ini kayak ayat puasa itu, “..wahai orang beriman..” >> kalimat berita maknanya adalah perintah. Misal ini kita ngomong kepada anak kita "Makan siang sudah siap." Nah, gitu ya contohnya, maka itu sebenarnya adalah kalimat berita tapi perintah untuk makan, kita ngasih tahu kalau makan siangnya sudah siap tapi sebenarnya esensinya adalah bahwa kita nyuruh anak kita untuk makan.
Hal ini sama, ini Allah lagi ngasih berita cuma tujuannya adalah Allah pengin nyuruh orang tua agar menyusui anaknya, kalau pengin sempurna 2 tahun.
Ibu-ibu hendaklah menyusui anaknya, ini temanya tentang menyusui, karena menyusui adalah bagian dari memberikan asupan fisik kepada anak dan selama 2 tahun penuh bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan.
[Lanjutan ayatnya] “..Sehingga kewajiban ayah menanggung makan dan pakaian mereka dengan cara yang patut..”
Ustadz Herfi suka bertanya kepada siapapun yang ngaji dengan beliau ketika membaca ayat ini. Ini adalah Allah nyuruh seorang wanita untuk nyusuin anaknya. Kemudian Allah berkata kepada suami dari wanita itu, “Ayahnya si anak ini wajib menanggung makan dan pakaian mereka, ibu dan anaknya, dengan cara yang ma’ruf.”
Pertanyaannya adalah, “apakah memang kalau wanita itu enggak lagi menyusui, seorang ayah atau suami itu enggak wajib ngasih pakaian dan makan dengan cara yang ma’ruf?”
Kan tetap wajib, kan tetap wajib ngasih nafkah, makan, pakaian, mau istri lagi menyusui atau tidak menyusui ya tetap wajib. Sehingga apa pelajarannya pelajarannya?
Ini temanya wanita yang sedang menyusui anaknya, kenapa Allah Subhanahu wa taala itu mention kata ‘bahwa suaminya wajib ngasih nafkah berupa makanan dan pakaian dengan cara yang ma’ruf? padahal kewajiban itu kewajiban di luar menyusui juga. Maka ini sebenarnya Allah itu pengin membuat nyaman wanita yang menyusui dengan cara apa? dengan menyuruh suaminya untuk perhatian terhadap nafkah makanan dan pakaian. Lalu kenapa yang disebutkan demikian? ya kurang lebih maknanya adalah : kalau istrimu itu lagi menyusui anakmu maka kamu tambah nafkahmu untuk makan istrimu, untuk pakaian istrimu, tambah nafkahnya, supaya apa? supaya dia senang, supaya dia bahagia.
Karena kalau kamu susukan anakmu kepada perempuan yang lain atau memang orang yang profesinya adalah menyusui bayi. kan kamu bayar juga. Nah, maka kamu tambah, harapannya apa? harapannya istrimu lebih tenang. Nah, begitu istrimu itu bertambah tenangnya maka energi yang masuk ya bersama dengan ASI, dimakan oleh buah hati itu energi-energi ketenangan.
Jadi ya, Islam ini luar biasa terhadap wanita menyusui itu, Allah perintahkan suaminya untuk memperhatikan urusan nafkah, untuk apa? untuk ketenangan, kalau tenang maka menyusui anaknya pun juga akan tenang.
Dan seseorang tidak bebani kecuali dan seterusnya- janganlah seorang ibu menderita karena anaknya dan jangan pula ayahnya menderita karena anaknya ini sebenarnya nanti kalau dihubungkan dengan ayat sebelumnya, itu bisa bermakna ini suami istri yang cerai tapi istrinya dalam kondisi menyusui maka jangan sampai anak dijadikan sebagai alasan untuk membuat suami atau istri itu menderita.
Contohnya : seorang istri ngancam suami yang menceraikannya bahwa dia enggak mau ngasih ASI kepada anaknya kalau tidak dikasih uang sekian sekian. Nah jadi ngancam cuma ngancemnya pakai anak, jangan sampai itu terjadi gitu atau sebaliknya. Atau si laki-laki, si suami ngancam istri yang sudah diceraikan yang sedang menyusui anaknya bahwa ‘aku ndak mau ngasih kamu nafkah berupa makan, pakaian dan seterusnya itu kalau kamu begini-begini dan seterusnya. Jadi, anak digunakan sebagai senjata untuk menekan pasangannya yang baru saja bercerai tadi.
“….kemudian apabila keduanya ingin menyapih…”
Coba perhatikan urusan menyapih ini penting nanti akan kita bahas, kalau laki-laki dan perempuan pengin menyapih anaknya sebelum 2 tahun, maka harus berdasarkan persetujuan dan musyawarah. Nah itu jadi enggak sekedar inisiatif sendiri saja.
Bayangkan persetujuan dan musyawarah suami istri, apakah suami istri itu masih menjadi suami istri, atau sudah dalam kondisi pisah tapi anaknya masih dalam susuan, itu kalau mau menghentikan harus musyawarah dan harus sampai pada persetujuan berhenti atau tidak. Jadi inilah bentuk perhatian Islam terhadap stabilitas emosi bayi anak kecil dengan cara membuat aturan-aturan yang sangat ketat untuk orang tuanya.
…Apabila kamu pengin menyusukan anakmu kepada orang lain tidak ada dosa bagimu untuk memberikan pembayaran dengan cara yang patut, maka bertakwalah kamu kepada Allah..
Itu adalah ayat tentang menyusui kemudian Allah menutupnya dengan perintah untuk bertakwa. Takwa disini artinya bukan salatlah, bukan zakatlah, bukan sedekahlah. Takwa disini artinya bukan ingatlah Allah, juga bukan bangunlah masjid. Tetapi takwa disini artinya adalah susuilah anakmu dengan cara yang benar, dengan cara yang baik, dan sapihlah dengan cara yang baik. Kalau kamu lakukan itu berarti kamu takwa kepada Allah, kalau kamu enggak melakukan itu dengan baik berarti Allah Maha Tahu apa yang kamu kerjakan, dan semuanya ada hitungannya nanti di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Jadi takwa itu maknanya banyak, karena secara umum biasanya kita mengartikan takwa itu apa? takwalah pada Allah : mengerjakan kewajiban, meninggalkan larangan, ini secara umum. Hanya saja, perintah takwa terkadang bicara hal lain, misalnya menutup ayat yang konteks, yang temanya adalah tentang menyusui. Berarti apa takwa? di situ artinya adalah susuilah anakmu dengan cara yang benar.
Dalam Proses Menyusui
Masalah kebutuhan asupan, tidak hanya makanan atau asupan fisik, juga perlu asupan mental dan juga masalah perhatian/perlindungan (safety). Dan tiga-tiganya ada dalam tema menyusui.
Jika seorang ibu memperlakukan anaknya dengan kasar saat menyusuinya, kasar saat menyusui seperti menariknya dengan kasar atau perlakuan keras lainnya maka anak akan merasa depresi dan tidak nyaman, tertekan. Hanya saja nanti tertekannya ada di pembahasan terkait dengan problematika anak yang menunjukkan sebenarnya itu adalah ekspresi ketertekanan anak atau ekspresi ketidaknyamanan. Hanya saja karena anak belum bisa menyampaikan dengan bahasa yang jelas, akhirnya ya kita nganggap anak kita baik-baik saja kalau kita gelitikin juga dia akan
ketawa-ketiwi. Padahal sebenarnya anak merasakan depresi dan tidak nyaman itu tampak sepele yaitu saat menyusui itu, baik ekspresi wajah maupun ekspresi fisik kita itu keras, kasar pada anak. Maka, anak menganggap ibu sebagai sumber kecemasan.
Bayangkan saja, anak diomelin, dimarahin, mendapat perlakuan kasar, ini sebenarnya adalah perlu dicek lagi, ada apa dibalik itu semua. Coba cek ke ibu ada masalah apa, karena yang dicari juga ibu. Nah, tapi jangan merasa karena anak dekat dengan ibu, jadi dianggap udah dekat sama anak, tidak. Padahal bisa jadi kalau anak dekat dengan ibu, kondisi ibunya memberikan ketidaknyamanan, maka anak akan mengalami kecemasan. Ibu bukan lagi sebagai sumber ketenangan dan kenyamanan, malah menjadi sumber kecemasan dan ketidaknyamanan.
Maka penting disini memberikan perhatian asupan mental ibu. Karena Ketika anak menganggap ibu sebagai sumber kecemasan sehingga meskipun ibu telah memberikan asupan makanan untuk fisik berupa ASI, namun ia telah menghalangi anaknya dari asupan yang lebih lezat dari ASI, yaitu asupan jiwa dan kasih sayang.
ASI itu lezat bagi anak, tapi asupan yang lebih lezat dari ASI adalah asupan jiwa dan kasih sayang, perlakuan lemah lembut kita, ketenangan kita, ekspresi wajah yang membahagiakan, yang menyenangkan, yang penuh senyum saat menyusui anak, itu lebih lezat. Itu lebih menyehatkan mental.
Benar bahwa ASI menyehatkan fisik, no debat lah itu. Tetapi kasih sayang perhatian, kelemahlembutan saat menyusui itu sangat membantu berperan penting dalam kesehatan mental.
Makanya anak kasih ASI, fisiknya sehat, tapi kalau ngasih ASInya sambil cemberut, sambil merengut, sambil ngomel-ngomel sama suami, pahami itu tidak menyehatkan mental anak. Kalau anak kalau mentalnya enggak sehat yo sakit, saat itu belum terasa tapi sudah ada tandanya, nanti akan kita bahas, di kemudian hari terakumulasi.
Kemudian kelanjutannya hal ini memberikan dampak pengalaman sosial yang buruk pada anak kenapa? karena sosial anak masih terbatas yaitu ibunya paling banyak. Tetapi kalau ibunya sudah memberikan yang tidak nyaman membuat anak tertekan maka dampaknya kepada pengalaman sosial yang buruk terjadi pada anak, bahwa anak akan mendapatkan perlakuan kasar yang sama dari setiap orang yang mendekatinya, seperti yang ia peroleh dari ibunya. Karena keterbatasan berpikir ya wis nganggap bahwa orang lain di luar dirinya anak itu akan sama (memperlakukannya), akan memberikan tekanan-tekanan, akan membuat depresi, akan membuat terancam gitu ya, makanya hati-hati.
ASI penting, no debat tapi murah senyum kebahagiaan, ekspresi wajah yang tenang yang senang saat memberikan ASI kepada anak itu jauh lebih menyehatkan mental anak karena nanti efeknya mungkin akan ketahuan setelah usia 7 tahun, setelah usia 10 tahun nanti baru akan ketahuan, walaupun indikatornya di usia 1 tahun 2 tahun pun juga sudah ketahuan, sudah kelihatan tentang apa tentang ketidaknyamanan itu, anak sebenarnya dalam kondisi depresi sebenarnya sudah kelihatan.
Nah coba melihat kebutuhan anak akan asupan mental akhirnya kita jadi paham mengapa Islam menganjurkan untuk :
1. bahagia menyambut kelahiran anak baik laki-laki maupun perempuan.
2. mengucapkan selamat kepada keluarga yang baru melahirkan, teman kita, saudara kita, kita mengucapkan tahniah ucapan selamat ya apapunlah kalimat selamatnya, bisa panjatan-panjatan doa dan seterusnya.
3. azan dan iqamah dengan lemah lembut di telinga kiri dan kanan pada bayi sesaat setelah lahir.
4. mentahnik anak dengan kelembutan.
5. menyembelih akikah sebagai ekspresi syukur dan bahagia.
6. mencukur rambut dengan kelembutan dan bersedekah dengan emas atau perak seberat rambut yang dicukur untuk kesyukuran.
7. dan memberikan label, label itu berarti nama, memberikan nama yang baik pada anak.
Coba perhatikan semua hal yang dianjurkan oleh syariat ini menyambut anak yang baru lahir semua itu untuk anak. Esensinya apa?
Esensinya adalah senang, bahagia, syukur, lemah lembut dan kasih sayang karena ekspresi itu yang bisa ditangkap oleh anak ekspresi itu yang akan berkesan pada anak dan itu adalah kesan pertama anak berdampak pada kecerdasan sosialnya nanti, kecerdasan spiritualnya nanti, kemampuannya dalam mengelola emosi.
Tips untuk melatih kecerdasan sosial anak
Kecerdasan sosial itu ya berarti anak itu cerdas secara sosial, kalau cerdas secara sosial berarti ya urusan-urusan yang sifatnya pribadi itu dalam kondisi sehat, karena anak yang mentalnya bermasalah itu enggak terlalu senang dalam bersosialisasi. Jadi kecerdasan sosial tuh ya sudah lambang kalau anak itu bahagia anak itu nyaman, kalau toh belum bahagia anak itu nyaman, tidak tertekan, maka dia punya kecerdasan sosial.
Ngelatihnya gimana? ya karena sama kayak kita, kita itu kalau lagi ada masalah pribadi ya maunya sendiri gitu, kalau toh ngumpul sama teman-teman kadang ya senyumnya pun juga senyum ya hanya lipsing saja gitu. Jadi sama kayak orang dewasa, ketika sedang ada masalah pribadi kejiwaan, ketidaknyaman maka yang dilakukan adalah menarik diri.
Lalu gimana sih ngelatih kecerdasan sosial pada anak yang kecerdasan sosial itu adalah tanda kalau anak itu nyaman, kemudian anak itu tidak tertekan, tidak depresi gimana?
1. bercandalah dengan anak saat ada banyak orang, yang di rumah lagi arisan, lagi ada acara keluarga, kakung utinya lagi di rumah, lagi berkunjung, saudara-saudaranya lagi main atau apa gitulah, itu kondisi banyak orang.
2. perlahan-lahan tinggalkan anak untuk bermain bersama dengan kerabat dekat lainnya, pelan-pelan kita mundur, mundur, mundur gitu ya, ketika anak sudah mulai asik dengan kerabatnya, kita perlahan-lahan meninggalkan anak. Jika nangis maka segeralah kembali. Jika menangis maka segeralah kembali, peluklah, ciumlah dekatlah sampai merasa tenang, coba ulangi berkali-kali agar anak memiliki keberanian dalam bersosial. Diulang lagi, main lagi asyik lagi, kita coba menghilang nanti kita lihat masih nangis? nangis langsung sambut, kita langsung dekap, kita langsung gendong, kita langsung elus-elus, kita cium, kita peluk sampai dia tenang nanti insyaallah anak akan punya keberanian dalam bersosial.
3. jika memukul teman bermainnya maka jangan menghardiknya. Tolong ini diwaspadai, jangan menghardiknya yang menyebabkan munculnya cemburu pada anak, apalagi ini kalau sama saudara kandungnya ya, kita kadang suka menghardik kakaknya karena kita nganggap kakaknya lebih paham. Sepaham-pahamnya kakak, dia masih anak loh. Nanti ada potensi untuk muncul kecemburuan. Karena bagaimanapun juga dia masih anak, kalau mukul teman bermain, biasanya kalau tetangga ya tetangga, kerabat ya kerabat, kadang saudara kandungnya, jangan menghardiknya yang menyebabkan munculnya cemburu pada anak yang dihardik itu tadi, kalau itu anak kita ya. Sikapi dengan baik, pahami dia masih anak-anak.
4. ajaklah anak untuk bersilaturahim dengan kerabat maupun teman, sehingga anak akan menikmati dan terbiasa dengan suasana bersosial.
5. Jangan sibuk dengan gadget dan semisalnya, bermainlah dengannya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala ngasih kita itu anak tujuannya supaya kita sibuk dengan anak kita. Jangan sampai berpikir, "Wah saya itu sejak punya anak malah enggak bisa ngapa ngapain.”
Loh kamu main sama anak-anak kok enggak ngapa-ngapain tuh ngapain gitu lho, Allah itu ngasih kamu keturunan, Allah itu ngasih kamu anak tujuannya supaya kamu berinteraksi dengan anak-anak itu. Jangan sampai kemudian malah sebaliknya, punya anak enggak bisa ngapa-ngapain ya maklum. Ketika ngobrol sama teman-temannya dulu suka ramai kumpul-kumpul ketemuan dimana, ya dulu masih single sekarang sudah punya anak, “sori ya sejak punya anak enggak pernah nongol, enggak ngapa-ngapain di rumah tok.” ->> itu terlalu underestimate dengan besarnya kewajiban dan nikmatnya kewajiban ini.
Ya akhirnya dampaknya ya masyaallah, ya dampaknya kita nganggap itu kita enggak ngapa-ngapain, kita enggak produktif. Lho enggak produktif gimana, kamu kerja gitu ya, kamu kerja ya kamu dapat duit kalau di perusahaan orang ya kamu bikin kaya orang yang punya perusahaan itu. Nah ini kamu didik anak kamu, anggap enggak ngapa-ngapain gitu padahal wah itu kalau kamu didik dengan baik dia punya 10 perusahaan berarti kamu mendidik 10 perusahaan, kamu didik dengan baik dia punya lima perusahaan, berarti kamu didik lima perusahaan.
Kan kita enggak hanya berpikir hari ini saja, kita berpikir nanti kita juga akan tua dan pada saat itu yang paling membahagiakan kita adalah anak yang bakti kepada orang tua, nggak ada kecuali itu. Silakan ditanyakan kepada orang yang kaya-kaya, yang hebat-hebat yang anaknya makan siang di Singapura, nanti makan malamnya sudah sampai di Kuala Lumpur, kemudian makan paginya sudah ada di Jakarta dan seterusnya. Coba tanyakan punya anak begitu keren ya keren, tapi kalau lupa sama orang tua, kalau enggak lupalah kurang ada waktu dengan orang tuanya. Ketika orang tua itu sudah usia tua gitu sebenarnya orang Jawa bilang hatinya yo keronto-ronto juga, berat, tapi ya gak bisa berbuat banyak.
Jadi, jangan sibuk dengan gadget dan semisalnya, itu loh ada anakmu itu lebih menarik daripada gadget. Nanti kalau fokus pada gadget lagi nyimak yang lagi jualan dan seterusnya, anaknya nangis merasa terganggu gitu akhirnya marah, ngambil anaknya dengan cara kasar tadi itu jangan. Kalau mau buka gadget ya itu sampingan, nycroll-nyroll TikT, IG ya sampingan aja itu. Tujuannya apa? tujuannya membersamai makhluk yang Allah Subhanahu wa Taala hadirkan dari tulang sulbi dan tulang dada kita semuanya itt.
Dua : Mencermati Problematika
Mencermati problematika di situ ada kata problematika merah, sengaja saya merahin sengaja saya coret kenapa? karena kita saya itu senang memanfaatkan problematika sebagai sarana pendidikan, nanti akan kita bahas masalah anak usia 3 tahun pertama apa? Ngompol, saya pengin membahas ngompol itu sebagai senjata untuk apa? untuk mendidik anak.
Problematika : MAKAN
Masalah nafsu makan, makan anak susah sulit dan seterusnya gunakan tema makan itu untuk mendidik anak. Jadi sebenarnya sarana pendidikan itu, gak perlu ke mana-mana, sudah problematika itu saja menjadi sarana pendidikan dan itu kan natural.
Jadi, mendidik anak dengan apa? dengan fitrah kebiasaan yang itu sudah menjadi kebiasaan anak pada waktu itu, anak suka ngompol berarti ngompol harus menjadi sarana pendidikan anak dan seterusnya, nanti akan dibahas.
Tema : makanan
Perhatikanlah urusan menyapih karena menyusui bukan hanya memberi asupan ASI, namun juga mentransfer kasih sayang, perhatian dan kehangatan. Jadi kalau ayah bunda menyapih anaknya pahami ketika menyapih anak maka bukan hanya sekedar asupan fisik yang terputus, kalau ndak pintar anak akan merasa asupan kasih sayang, perhatian dan kehangatan juga terputus bersama dengan penyapihan itu. Makanya tadi kalau kita bahas Albaqarah 233 detail harus ada musyawarah kayak anggota dewan itu, harus ada argumentasi sampai apa? harus ada persetujuan yuk ini baiknya gimana ini gitu. Sehingga kalau toh harus nyewa orang untuk kita bayar supaya menyusui anak kita ya silakan bahkan dengan cara yang makruf, dengan cara yang makruf itu artinya apa? yang membuat orang yang menyusui anak kita itu merasa lapang, merasa tenang, harapannya apa? harapannya anak ini juga akan merasakan ketenangan-ketenangan.
Jadi menyapih itu tidak hanya sekedar menghentikan aktivitas asupan fisik, kalau tidak cerdas maka yang terjadi adalah anak akan merasa transferan kasih sayang, perhatian dan kehangatan pun juga terputus dengan itu. Ya mungkin anak belum bisa ngomong tapi anak juga sudah bisa merasakan.
Nafsu makan anak bertambah saat anak bersama dengan teman-temannya. Nah maksudnya hal-hal yang biasa terjadi pada anak gunakan untuk mendidik anak gitu ya, anak biasanya apa? anak biasanya nafsu makannya bertambah ketika ada teman-temannya yang juga sama-sama makan loh ini nikmat, kelola itu dengan baik sebagai sarana pendidikan sosial anak.
Apa anak harus disapih? memang harus disapih tapi pahami menyapih itu ya kamu harus punya strategi, harus punya perencanaan, harus benar-benar matang. Sehingga tadi yang terjadi, anak hanya merasakan, ‘oh ini hanya terputusnya asupan fisik berupa AS saja, tapi kasih sayangnya masih tetap tertransfer’, kan gitu.
Jadi, intinya kalau dibuat ilustrasi itu kayak orang ngasih uang saku kepada anaknya, biasanya dikasih cash setiap minggu Rp50.000, Rp50.000, Rp50.000, Rp50.000. Nah sekarang uang Rp50.000-nya sudah enggak dikasihkan cuma ditransfer ke rekening ya yang penting kan dikasih cuma secara fisik kan sudah gak ada gitu. Jadi yang berhenti hanya pemberian ASI sebagai asupan fisik, yang harus tetap dijaga dan teralirkan kepada anak adalah transferan kasih sayang, perhatian dan kehangatan. Makanya gak gampang, satu ayat panjang lagi itu cuma ngomongin tentang menyusui, satu ayat panjang itu.
Kemudian pada dasarnya coba perhatikan poin nomor 3 tuh penting loh itu. Pada dasarnya hilangnya nafsu makan pada anak adalah karena hilangnya rasa aman dan ekspresi penolakan dari dalam jiwanya.
Jadi, kalau anak itu hilang nafsu makan, maka pada dasarnya itu berarti nanti ada masalah turunan, apa? yo anak lagi sakit lagi demam yo pasti hilang nafsu makan. Tapi pada dasarnya kalau anak itu enggak sakit fisik dan seterusnya kok nafsu makannya hilang itu masalahnya masalah psikologis. Apa? yang mendasar hilang rasa aman, berkurang rasa aman dan sebenarnya dia pengin mengekspresikan penolakan, cuma kan karena keterbatasan bahasanya.
Sama kayak orang-orang yang dewasa itu, kalau lagi tertekan, lagi depresi, lagi memprotes sesuatu, lagi enggak cocok dengan sesuatu kemudian kita punya argumentasi yang sudah sampai ke ubun-ubun itu dikasih makanan yang enak pun kita juga enggak akan menikmati makanan itu. Yang lagi depresi pun juga sama, yang lagi tertekan juga sama, dikasih makan pun juga enggak akan merasakan kelezatan, sama kayak orang dewasa.
Jadi nafsu makan turun itu bukan hanya sekedar masalah fisik ya, itu adalah masalah psikologis, ada rasa aman yang berkurang dalam diri anak. Rasa aman apa? ya berarti ya dengan orang-orang yang ada di sekitarnya, solusinya gimana? banjiri jiwa anak dengan cinta dan perhatian. Nanti kalau rasa aman itu sudah muncul, kayak Maryam. Maryam itu kalau diceritakan dalam Quran surah Maryam di dalam Al-Qur'an itu kan diceritakan tuh. Ketika Maryam itu sudah kontraksi kemudian melahirkan Nabi Isa maka Allah mengatakan kepada Maryam "Wa wasrobi waqori aina." “Makanlah minumlah dan bersenang senangkanlah hatimu”, makanlah minumlah dan senangkanlah hatimu.
Allah menyuruh Maryam untuk makan, untuk minum dan untuk senang hatinya itu kenapa? karena Maryam itu Maryam itu tidak ada masalah beban mental, kalau Maryam punya masalah beban mental pasti sama Allah disuruh senang dulu, baru disuruh makan, sama disuruh minum karena orang yang belum senang, disuruh makan, disuruh minum, gak bisa. Enggak akan menikmati.
Anak juga sama, jadi bukan hanya sekedar masalah makanan, kalau masalah pilih-pilih makanan dan seterusnya, ya ini kadang orang tua yang harus pintar-pintar ngomong, kadang orang tua-orang tua yang agak sensi dalam urusan berat badan. Itu cerita diet aku enggak suka makan ini enggak suka makan itu makannya harus begini dan seterusnya, dan akhirnya didengar oleh anak, anak pun juga akan melakukan hal yang sama. Lihat anak itu peniru hebat, anak itu peniru handal gitu. Jadi, kalau kamera itu pikselnya tinggi, detail banget, anak itu enggak ngomong tapi dia menirukan.
Begitu kita ngomentari makanan tertentu, makanan tertentu enggak mau, makan ini enggak mau, makan itu yang ini bikin ini, yang ini bikin gendut, gemuk dan seterusnya itu dilihat oleh anak. Maka jangan salahkan kalau kemudian anak juga pilih-pilih. Tapi hal yang lebih mendasar adalah apa? adalah masalah rasa aman, harus ada pada anak, dia aman, makan dia lahap, kayak kita lah, kayak kita persis ya kayak orang dewasa.
Kita akan belajar keteladanan dari sang nabi, ini masyaallah.
Dari Asma’ binti Umais berkata…
Asma’ ini istrinya Ja’far bin Abi Thalib, Ja’far itu saudaranya Ali bin Abi Thalib. Ali itu menantunya Rasulullah, suaminya Fatimah.
Istrinya Ja’far, Asma binti Umais berkata "Ketika Ja’far dan para sahabatnya terbunuh di perang Mu’tah, Rasulullah sallallahu alaihi wasallam datang kepadaku. Saat itu aku telah menyamak 40 kulit."
Jadi, Asma’ binti Umais itu punya keterampilan menyamak kulit dan menyamak kulit dan kulit hari itu menjadi salah satu komoditas ekspor masyarakat Quraisy, sampai akhirnya mereka merajai perkulitan internasional. Kalau hari ini, dunia kulit ya dunia yang seksi banget ya. Coba merek-merek brand yang terkenal itu, LV, Gucci dan seterusnya ya itu kulit semuanya. Jadi, Asma’ bintu Umais itu punya keterampilan itu.
Apa yang terjadi? suaminya terbunuh bersama dengan sahabat nabi yang lain, maka Rasulullah sallahu alaihi wasallam datang kepadaku "Aku saat itu aku telah menyamak 40 kulit, membuat adonan, memandikan anak-anakku, meminyaki mereka dan membersihkan mereka." Lalu Rasulullah sallallahu alaihi wasallam berkata, "Bawalah anak-anaknya Ja’far."
Hari itu yang kecil usianya di bawah 5 tahun ada tiga, anak-anaknya Jafar ada : Abdullah bin
Ja’far, ada Qutsair bin Ja’far, ada Aun bin Ja’far. Ja’far itu adalah orang yang fisik dan akhlaknya paling mirip dengan Nabi, makanya kalau Nabi duduk sama Ja’far orang itu enggak bisa bedakan mana yang Rasulullah, mana yang Jafar, karena fisiknya mirip karena sepupan aja kan, satu anaknya Abu Thalib, satu anaknya Abdullah, kakak beradik, saudara kandung. Jadi, Jafar itu mirip banget sama Nabi.
Nah, Rasulullah sallallahu alaihi wasallam berkata, “bawalah anak-anak Ja’far (ada Aun bin Jafar, Abdullah bin Jafar, kemudian ada Qutsair bin Jafar)”
Lalu aku membawa mereka kepada beliau, lalu dia menciuminya dan matanya berkaca-kaca, aku berkata, "Wahai Rasulullah aku relakan ayahku dan ibuku untukmu, aku siap berkorban ayahku dan ibuku untuk keselamatanmu, apa yang membuatmu menangis? apakah engkau mendengar sesuatu tentang Ja’far dan pengikutnya?”
Maka Rasulullah menjawab "Ya, mereka meninggal hari ini."
Begitu Nabi mendengar berita Ja’far meninggal dunia yang dipikirkan pertama kali Nabi siapa? yang dipikirkan pertama kali oleh Nabi adalah tiga anaknya Ja’far yang masih kecil-kecil, bayangkan tuh, seperhatian itulah kurang lebih Rasulullah sallallahu alaihi wasallam terhadap apa? terhadap pendidikan anak kecil tuh, seperhatian itu. Ya wis masalah duit gampang nanti diurus, tinggal dihitung, masalah ini gampang, masalah itu gampang. Tapi masalah pendidikan anak nih harus disiapkan.
“…Maka seketika itu aku pun berteriak, lalu para wanita berkumpul di sekelilingku.”
Riwayat nanti menyampaikan bahwa wanita-wanita itu ketika mendengar Ja’far meninggal dunia pada nangis semuanya, maka nanti Nabi komentar..
Laki-laki kayak Ja’far sudah pasti ditangisi banyak wanita lah, kurang lebih begitu karena memang tampan mirip Rasulullah. Ja’far wajahnya paling mirip dengan Nabi.
Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wasallam keluar menemui keluarganya dan bersabda, "Janganlah kalian abaikan keluarga Ja’far."
Nabi menemui istri-istrinya ini, ada Aisyah, Hafsah dan seterusnya itu. “…persiapkanlah makanan untuk mereka karena mereka sedang disibukkan dengan urusan tuannya.”
Tuannya itu artinya ya Ja’far bin Abi Thalib yang meninggal dunia itu. Setelah itu berkatalah beliau kepada Asma binti Umais, karena Asma itu khawatir dengan pendidikan anaknya nanti bagaimana dan seterusnya. Maka Rasulullah sallallahu alaihi wasallam mengatakan, “apakah engkau khawatir mereka akan tertimpa kemiskinan, sedangkan aku adalah wali mereka di dunia dan di akhirat?”
Makanya nanti anaknya Ja’far sugih-sugih, kaya-kaya. Ada anaknya Jafar namanya Abdullah bin Jafar itu waktu kecil aja tangannya sudah didoakan oleh Nabi, “semoga Allah Subhanahu wa taala memberkahi tanganmu ini Nak.”, itu anaknya Jafar tuh, sehingga apa? apapun yang dikerjakan oleh Ja’far pasti menghasilkan keuntungan. Ja’far itu pernah main tanah, main tanah sama teman-temannya, begitu itu main tanah kemudian Nabi datang melihat tangannya anak Ja’far banyak tanah, lengket, Nabi langsung pegang tangan anaknya Jafar, didoakan semoga duitmu banyak.
Dan ternyata Ja’far itu bisnis properti, developer. Dan dia pernah kalau orang hari ini mungkin adu mekanik, sama Utsman bin Affan. Utsman bin Affan itu pengusaha senior ya, wong anaknya Ja’far, Abdullah bin Jafar itu, Nabi meninggal dunia usianya paling baru sekitar 7 tahun. Nabi meninggal dunia usianya mungkin sekitar 5 tahun atau 4 tahun.
Utsman bin Affan itu menantunya Nabi, jauh lebih tua daripada Abdullah bin Ja’far, adu mekanik. Adu mekanik sebenarnya dalam dunia bisnis gitu, nanti ceritanya lainlah, nanti insyaallah di pertemuan yang lain, karena ini ceritanya menarik sekali.
Itu artinya Nabi sangat serius menyiapkan anak-anaknya Ja’far itu untuk jadi orang kaya sejak kecil. Dan caranya banyak, sampai didoakan tuh tangannya. Nanti begitu adu bisnis sama Utsman bin Affan, Abdullah bin Ja’far menang.
Kemudian apa yang terjadi? lalu Nabi memerintahkan tukang cukur untuk mencukur kepala mereka. Ya Allah, Nabi itu ya dengar Ja’far meninggal dunia yang dipikirin pertama kali adalah pendidikan anak-anaknya.
Problematika : NGOMPOL
Ngompol kita gunakan sebagai energi positif ya untuk mendidik anak. Sering sekali ngompol itu disebabkan faktor psikologis, atau psikis, bukan hanya faktor fisik. Maka penting bagi orang tua untuk mengevaluasi sikapnya kepada anak yang menyebabkan anak suka ngompol.
Jadi, kalau anak suka ngompol dievaluasi, kenapa? karena ngompol itu seringnya psikologis bukan fisik penyebabnya. Banyak sekali penelitian yang menyatakan bahwa penyebab utama ngompol itu adalah rasa takut dan khawatir yang tidak mampu dikendalikan yang terjadi pada anak lantaran sikap orang tuanya kepadanya yang membuatnya ndak nyaman.
Nah, ibu-ibu suka ngelihat film kayak dendam Jumat Kliwon? yang horor-horor, yang misteri-misteri begitu. Sumala terus apalagi itu film-film horor, tapi ya kalau yang dulu kan hantu kalau sekarang kan hantu itu suka hanya menakut-nakuti yang berurusan saja yang dengannya. Kalau dulu kan nakut-nakutin penjaga yang ronda, tukang ronda dan seterusnya, tukang bakso kan gitu lah. Kan suka di ekspresikan tuh di film, ada orang lagi ronda lihat hantu kemudian dia ngompol, tahu?
Nah, jadi ngompol itu psikis, itu masalah psikologi, bukan masalah fisik. Lah anak juga sama, ketika orang saking takutnya enggak bisa mengendalikan rasa takut itu, kemudian ngompol, anak pun juga sama. Sebenarnya buah atau seringnya ngompol itu adalah indikator kalau anak itu sebenarnya sedang takut, sedang khawatir, sedang tidak nyaman. Makanya, terkadang orang tua yang suka mempersin anaknya ngelihat, "Loh ini dari jam sekian sampai jam sekian kok enggak ngompol ya?”
Ya dia lagi enjoy, lagi nikmat, lagi senang. Jadi ini tolong diperhatikan baik-baik, apalagi kalau ngompol di malam hari.
Kalau ngumpul di malam hari setengah wajarlah, apalagi orang tua-orang tua hari ini punya kebiasaan apa? punya kebiasaan ngasih minum kepada anak di waktu malam, supaya anak gampang tidur. Lah konsekuensinya ya dia akan ngompol kan gitu. Makanya, perbanyak ngasih makan, ngasih minum itu sebelum asar, dari pagi sampai asar, bakda asar ke sana ya mulai dikurangi. Kalau dengan begitu ya nanti akan enggak gampang ngompol secara fisik, bukan secara psikis.
Jadi kalau ngompol secara fisik gampang mengendalikannya, apalagi kalau malam hari. Lha kita itu suka kok, anak nangis diminumin, anak nangis diminumin. Padahal kadang nangisnya bukan karena dia haus, bukan karena dia lapar. Akhirnya apa yang terjadi? yang terjadi ya banyak cairan dalam tubuhnya. Ya sama kayak kita kalau banyak minum ya kita kebelet pipis. Jadi diubah ya.
Kemudian ini keteladanan dari Nabi.
Dari sang Nabi ini keren juga nih masyaallah, dua riwayat saja saya ceritakan.
Dari Ummu Qais binti Mihsan bahwasanya ia membawa putranya yang masih kecil, yang belum makan, artinya masih minum ASI, masih makan ASI, dia bawa kepada Rasulullah sallallahu alaihi wasallam, lalu Rasulullah sallallahu alaihi wasallam mendudukkannya di pangkuan, dipangku sama Nabi, kemudian ia ngompol. Jadi anaknya Ummu Qais binti Mihson, ya ini cucunya Nabi juga bukan, kerabatnya Nabi juga bukan, dia ngompol. Ummu Qais binti Mihson yang kebingungan, ‘waduh anakku ngompol di pangkuannya Rasulullah, wis ndak enak ini’.
Kebayang ya anak kita lagi digendong, ada raja gemes, gendong anak kita, pas digendong sama raja, dia ngompol, kita kan yang jadi enggak enak. Ini Ummu Qais juga enggak enak, tapi ekspresi enggak enak kalau ditangkap oleh anak, maka akan bikin bahwa anak ‘loh apa salah saya?’, lah anak enggak bisa ngomong, tapi anak bisa menangkap ekspresi wajah gak enak itu.
Makanya Rasulullah dengan sangat tenang ya, itu Nabi cuma bilang meminta air, memercikkan ke tubuhnya, kemudian tidak mencucinya, menggunakannya untuk salat. Jadi masalah ngompol atau pipis itu saja ketika kena pakaian di pangkuan kita, di gendongan kita itu, kita bahkan harus setenang itu begitu kita tarik, nanti muncul ketidaknyamanan, ketidaknyaman? akhirnya anak gampang ngompol tadi itu, bahkan ngompol pun biarkan dia nyaman dalam ngompolnya walaupun di pangkuan kita.
Lah tapi ini baju ini sebentar lagi saya itu mau ada acara kondangan, loh dikira Nabi enggak ada acara apa habis ngedong anak itu? Loh jelas sibuk Nabi kan daripada kita, tapi slow saja gitu loh. Nah kita itu suka membuat apa? aturan-aturan yang akhirnya membuat kita stres.
Dari Abu Ja’far berkata "Nabi sallallahu alaihi wasallam mendatangi Ummu Fadl dan Husain bersamanya...”
Ummu Fadl itu istrinya Abbas. Abbas itu pamannya Nabi, dan Husein cucunya Nabi. Jadi Ummul Fadl itu lagi digendong sama Ummu Fadl, ibunya Abdullah bin Abbas, jadi sama neneknya lah itu lagi digendong. Lalu dia menyerahkan kepada beliau, lalu Ummul Fadil menyerahkan Husein kepada Rasulullah dan Husein pipis di perut atau di dada Nabi.
Bayangkan ya kalau di perut atau dada ya cara menggabungkannya ya berarti berarti pipisnya itu di dada, kemudian ngalir sampai perutnya Nabi gitu aja. Tapi ya Allah Ummu Fadl bergegas hendak mengambil Husin dari beliau,”… lihat lihat lihat..” kayak gitu Ummu Fadl yang panik sendiri, “aduh ya ini Husein kencing di dada Rasulullah”, maka apa kata Nabi sallallahu alaihi wasallam?
“janganlah kamu tarik anakku, karena air kencing anak laki-laki itu simpel, dipercikin air juga cukup. Kalau anak-anak kecil perempuan pun juga simpel, cuma cukup dicuci.”
Jadi disederhanakan gitu loh semuanya oleh Nabi, enggak usah dibuat ribut. ‘duh baju baru ganti sudah keompolan lagi, baru ganti keompolan lagi’. Nah itu ya akhirnya dipakaiin pampers. Begitu dipakaiin pampers ya semuanya bersih, tapi kita gak pernah peka, akhirnya berkurang kepekaan kita terhadap gejala kejiwaan anak, ya konsekuensi kok. Konsekuensi anak begitu itu.
Problematika : anak cemburu
Perhatikan Bu, anak yang cemburu pada saudaranya itu tidak bahagia, ia merasa gagal mendapatkan cinta dan perhatian dari orang tuanya.
Ini tolong diperhatikan yang anaknya jarak antara anak pertama dengan kedua, kedua dengan ketiga, ketiga dengan keempat itu pendek ya. Jangankan yang jaraknya pendek, yang jaraknya jauh saja kecemburuan pada anak itu potensial untuk terjadi. Kalau enggak percaya Ibu-ibu nanti bisa cek Qur’an surat Yusuf yang menyebabkan Nabi Yusuf dibuang saudaranya ke dalam sumur. Padahal Nabi Yusuf itu anak yang ke-11.
Kalau Nabi Yusuf anak yang ke-11, anak yang pertama usianya berapa tuh? kan enggak mungkin tiap tahun punya anak, jauh loh itu jaraknya, tapi cemburu juga dengan Nabi Yusuf. Apalagi hari itu Nabi Yusuf usianya sudah 7 tahun, riwayat yang lain 9 tahun waktu dibuang ke dalam sumur. Jadi kecemburuan itu ketika Nabi Yusuf usianya 9 tahun, itu kakak pertamanya usia sudah berapa tahun tuh apalagi yang masih kanak-kanak, oke pahami anak yang cemburu pada saudaranya itu tidak bahagia, ia merasa gagal mendapatkan cinta dan perhatian dari orang tuanya.
Hal ini bisa berlanjut menjadi khojal, khojal itu malu campur enggak nyaman. Rasa malu campur enggak nyaman, jadi bukan hanya sekedar malu tapi ada enggak nyamannya.
Contohnya ada orang ketawa kumpul sama teman-temannya, ketawa sampai ngompol, dia. Jadi malunya itu malu yang tersipu. Jadi, ada malu karena ada hanya sekedar malu itu haya, ada khojal. Khojal itu malu campur enggak nyaman tadi. Ngobrol, reuni ada teman laki-laki, ada teman perempuan semuanya kumpul setelah 15 tahun lulus, asik bercanda, tiba-tiba ketawa terbaha-baha sambil kencing, sambil terkencing-kencing, beser lah itu malu, sambil enggak nyaman tuh pasti. Lah khojal tuh begitu.
Nah cemburu itu kalau tidak disegera diselesaikan, akan berlanjut menjadi khajal. Kalau anak sudah khojal lebih lanjut lagi, orang tuanya enggak peka, maka akan menjadikan anak itu jadi takut menghadapi situasi, dan lebih memilih untuk menghindari kenyataan. Akhirnya enggak fight begitu dalam hidup, siapa yang menciptakan itu? Ya orang tuanya sendiri, tapi ini akumulatif ya setelah sekian tahun jadinya kayak begitu, enggak langsung. Maka perhatikan, berikan rasa keadilan yang sama kepada anak.
Ini teladan dari Nabi lagi nih.
Masyaallah, makanya coba perhatikan.
Lihat, Nabi itu ngajari sahabat supaya adil dengan anak-anaknya, anak-anaknya tidak ada kecemburuan kepada saudaranya, coba lihat.
Dari Anas bin Malik berkata "Ada seorang laki-laki bersama Rasulullah sallallahu alaihi wasallam ketika putranya datang, beliau putranya, putranya datang anak laki-laki beliau menciumnya mendudukkannya di pahanya, tapi begitu putrinya datang maka dia mendudukkannya di sebelahnya.”
Jadi sahabat itu ketika anak laki-laki datang disambut dicium dipangku, begitu anak perempuannya datang itu enggak disambut enggak dicium, enggak dipangku tapi didudukkan di sampingnya. Maka melihat peristiwa kayak begitu itu Nabi Muhammad langsung komentar "Ya mengapa kamu tidak memperlakukan mereka dengan adil, dengan sama, kalau kamu pangku satu, pangku juga yang satunya. Kalau yang satunya enggak dipangku, jangan pangku juga yang satunya gitu. Kenapa? Nabi paham hal begitu itu, anak perempuanmu akan diam saja dan kamu nganggap itu enggak masalah, tapi akumulatif loh masalah mental itu, gitu ya.
Jadi, masyaallah. Hadis riwayat Baihaqi hadis Bukhari dan Muslim, ini hadisnya Nu'man bin Basyir. Nu'man bin Basyir berkata "Ayahku memberiku sebagian hartanya sebagai sedekah dan ibuku Amroh binti Rawahah berkata, "Aku tidak akan puas menerima sedekahmu kepada anakku ini sampai engkau menjadikan Rasulullah sahu alaihi wasallam sebagai saksi.”
Akhirnya ayahku pergi menemui Nabi, menghadap Nabi agar Nabi mau menjadi saksi atas sedekahnya kepada Nu'man bin Basyir, anaknya. Maka Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bertanya kepada Basyir, “Apakah kamu juga melakukan hal ini kepada semua anakmu? anakmu yang lain kamu kasih atau gak? kamu kasih sedekah itu juga atau tidak?"
Maka Basyir mengatakan "Tidak."
Apa jawab Nabi?
Nabi mengatakan, "Takutlah kepada Allah dan bersikaplah adil terhadap anak-anakmu."
Akhirnya Basyir pulang, ayahku ini balik ke rumah, kemudian menarik lagi sedekah yang telah dikembalikannya kepadaku karena tidak memberikannya kepada saudara-saudaraku yang lain. Ini potensi untuk menumbuhkan kecemburuan pada anak.
Tiga : kita ingin menanamkan nilai
Kalau tadi yang diwaspadai, ada berapa problematika tadi itu tapi yuk kita jadikan itu sebagai bahan evaluasi kita pendidikan anak kita.
Kalau sebelumnya tadi kita meminjam analogi banguna, sekarang meminjam analogi petani.
Analogi petani menanam yaitu menanam, tak hanya sekedar aktivitas menebar benih, atau menancapkan ranting namun juga mengairinya, memupuknya, menyiangi rerumputan pengganggunya dan memperhatikan dengan detail akarnya, pohonnya, rantingnya, daunnya, bunganya, buahnya dengan memastikan semua baik-baik saja.
Jadi tidak disebut menanam kalau cuma nebar benih, habis itu dibiarin saja, itu enggak disebut nanam. Menanam itu ya mulai dari nebar benih atau menancapkan ranting sampai memastikan pohon itu tumbuh dari akar sampai bunga dan buah itu dalam keadaan baik-baik saja.
Menanam nilai cinta di lahan jiwa, apa yang mesti kita tanam? dua saja.
Satu, cinta. Yuk kita tanam pada diri anak nilai cinta. dr muhammad Khair Sya'al mengatakan, “Ungkapan cinta orang tua pada anak tidak cukup jika tidak dibarengi dengan duduk bersamanya, menyuapi, bercengkerama, bermain, bercanda, bersenda gurau, berlari-larian bersamanya, serta menatapnya dengan kasih sayang hingga ia merasa aman, nyaman dan berharga."
Ibu Bapak mau ngulang pada anaknya, "I love you my son, my daughter" dan seterusnya mau mengucapkan itu ribuan kali, enggak ada manfaatnya kalau kita enggak meluangkan waktu, memberikan waktu istimewa untuk membersamai anak, nyuapin anak, bercengkrama dengan anak, bermain dengan anak, bercanda, bersenda gurau, berlari-larian dan seterusnya.
Nanti ceritanya banyak, Umar bin Khattab suka main kuda-kudaan, safar ngajak anaknya, begitu istirahat kemudian Umar tuh mberangkang kalau orang Jawa bilang ya, mberangkang (merangkak), kemudian menyuruh anaknya untuk naik di atasnya.
Nabi juga sama ya ketika lagi sujud, dinaikin sama Hasan atau sama Husin, nabi cuma komentar, “unta terbaik adalah unta yang kamu naiki ini” gitu jadi enjoy gitulah Nabi itu. Dan itu bahasa cinta yang gampang dipahami oleh anak.
Anak yang tidak merasakan cinta dan perhatian dari orang tuanya cenderung susah makan, sering ngompol dan menutup diri. Selain juga susah beradaptasi dengan lingkungan baru, gampang nangis, mudah marah karena hal sepele dan tidur tidak nyenyak. Ini babnya bab kenyamanan dan semua itu adalah indikator anak tidak nyaman, karena tidak merasakan cinta dari orang tuanya, makanya coba lihat nanti kita bisa satu kali pertemuan tapi gak tahu kapan gitu ya nanti-nanti juga gak apa-apa, itu bahas kisah Nabi Musa tapi perspektifnya perspektif tentang psikologi pendidikan anak. Karena Nabi Musa itu hidupnya dari mengandung saja sudah dalam kondisi yang tidak nyaman, makanya Allah mengawal detail tuh pertumbuhan Nabi Musa, lahir ditaruh di mana, dikondisikan di mana, sampai di istananya Firaun juga dibuat nyaman oleh Allah, kenapa? Karena mau jadi nabi dia, akhirnya apa? jadilah Nabi Musa sebagai orang di kemudian hari yang gampang beradaptasi dengan lingkungan baru, walaupun ekstrem perubahan dari satu kondisi ke kondisi berikutnya.
Dari rahim langsung pindah kedalam peti itu loh, harusnya kan dari rahim itu pindahnya ke gendongan tuh itu langsung masuk ke dalam peti itu, diombang-ambingkan oleh air sungai pindah kemudian ke kerajaannya Firaun. Wisss nyaman, nyaman diasuh oleh keluarganya
Firaun. Habis itu ya membunuh orang tidak sengaja, itu dikejar lari ke Madyan enggak bawa apa-apa, itu drastis loh perubahannya. Tapi Nabi Musa enggak stres, itu enggak sempat bawa baju loh Nabi Musa itu, cuma baju yang nempel di badan loh itu. Tapi enggak stres, biasa saja. “Oh iya duitku masih ketinggalan di loker kamarku..” *panik kan gitu wah gitu.
Tapi Nabi Musa enggak gitu, biasa saja, lari, tinggal lari ya tinggal gitu aja dan enggak stres. Sampai Madyan, dia natural saja, ada orang butuh bantuan ya dibantu. Enggak lama gitu tuh kenapa? karena ‘wa alqitu alaika mahabbatan minni’, Allah itu melemparkan rasa cinta ke dalam hati siapapun yang berinteraksi dengan Nabi Musa sejak kecil. Siapapun lihat Nabi Musa langsung cinta kepada Nabi Musa sejak kecil.
Makanya Nabi Musa punya kemampuan beradaptasi yang paling cepat tuh dengan kondisi perjalanan hidup yang wah fluktuasinya itu ekstrem Nabi Musa itu. Jadi kalau warna itu gradasinya itu enggak soft gitu loh dari gelap ke terang itu, endak gitu, wis acak-acak gitu semrawut gradasi kehidupan Nabi Musa itu.
Keteladanan dari sang Nabi, ini tentang menanam nilai cinta tadi itu.
Dari Anas bin Malik berkata, "Nabi sallallahu alaihi wasallam sering bermain dengan Zainab binti Ummu Salamah."
Ummu Salamah istrinya Nabi ya berarti ini ya anaknya Nabi bawaannya Ummu Salamah, seraya mengucapkan "Wahai Zwainab wahai Zwainab." berulang-ulang Zwainab itu dari panggilan kecil nama dari Zainab, jadi Zainab yang mungil, Zainab yang imut, Zainab yang cute, Zainab yang semacam-macam itu yang pokoknya yang gemesin gitu lah. Zwainab itu panggilan untuk menunjukkan kegemesan kita, dan itu bahasa cinta Nabi sallallahu alaihi wasallam yang dicontohkan.
Dari Abu Qatadah berkata Rasulullah sallallahu alaihi wasallam biasa salat sambil menggendong Umamah putrinya Zainab, Zainab itu putrinya Rasulullah, berarti Umamah itu cucunya Nabi, bila sujud beliau akan menurunkannya dan bila berdiri beliau akan menggendongnya kembali, hadis riwayat Abu Dawud.
Dari Barra bin Azib berkata "Nabi sallallahu alaihi wasallam melihat Hasan dan Husein lalu berkata "Ya Allah aku mencintainya, aku mencintai mereka maka cintailah mereka." itu sambil gendong dan mencium wajahnya Hasan atau pipinya Hasan dan Husein, hadis riwayat Tirmidzi.
Dua, mengajarkan berbahasa.
Kalau tadi yang kita tanam, ajarin anak nilai cinta, yang kedua : ajarin anak bahasa, agar anak memiliki kecerdasan linguistik yang baik, maka ada dua unsur penting yang mesti dihadirkan dalam lingkungannya, apa?
Yaitu menciptakan ketenangan jiwa dengan tidak tergesa-gesa memintanya untuk menjawab pertanyaan kita atau memperbaiki ucapannya. Jadi kalau kita nanya jangan buru-buru minta anak untuk segera menjawabnya, dia butuh waktu untuk menyusun huruf menjadi kata, kata menjadi kalimat, dia butuh latihan melafazkan huruf, bukan hanya ngomong.
Jadi kita harus bikin anak itu tenang, kalau kita membuat dia tergesa-gesa, memburu-buru dia untuk segera menjawab, dia enggak akan nyaman, begitu enggak akan nyaman maka lebih baik diam. Oke? menjaga pendengaran anak, dengan begitu lisan dan bahasanya akan terjaga.
Perdengarkan kalimah-kalimah thayyibah, yang pertama kali diajarkan kepada anak kalimah-kalimah thayyibah, zikir-zikir, kalimat-kalimat baik, ungkapan-ungkapan Qur’an yang simpel. yang bertenaga gitu ya. Kalimat alhamdulillah, Allahu Akbar, bismillah, Subhanallah, masyaallah dan seterusnya, perdengarkan itu.
Kalau kita memperdengarkan kalimat-kalimat yang baik kepada anak, maka pasti lisannya anak akan terjaga, bahasanya juga akan terjaga. Karena pada saat itu di 3 tahun pertama ini, nanti bahasa itu ya anak belum terlalu jelas melafazkan huruf, apalagi merangkai huruf menjadi kata lebih sukar lagi, tapi jangan sepelekan saat itu anak sebenarnya sedang mememorize apapun kosakata yang dia dengar.
Apa yang dia dengar, dia tangkap, dan dia simpan. Makanya nanti akan kita bahas di pertemuan yang akan datang usia 4, 5, 6 terjadi pada anak satu fenomena namanya ledakan bahasa. Kenapa? sudah 3 tahun nyimpan nge-save, usia 4 tahun kayak dapat mainan baru, banyak ngomong nanti pada akhirnya anak itu. Jadi perdengarkan kalimat-kalimat yang baik, ajak ngobrol, ajak berinteraksi daripada membiarkan anak untuk diasuh oleh layar televisi layar gadget dan seterusnya.
Sebagai penutup.
Pernah diadakan penelitian di beberapa universitas di Inggris terhadap 11.000 anak mereka yang banyak menghabiskan waktunya di depan layar televisi di tahun-tahun pertama usianya. Jadi ini serius banget nih 3 tahun pertama.
Variabelnya apa? variabelnya nonton TV di 3 tahun pertama.
Variabel kedua, setelah 7 tahun yang terjadi kayak apa, indikatornya apa. Ini keren ini, mereka serius, dan mereka menyampaikan ini. Mereka yang banyak menghabiskan waktunya di depan layar televisi di tahun-tahun pertama usianya, saat usia 7 tahun cenderung mudah bermusuhan, berantem, bohong, menipu dan mencuri. Kemudian nanti kita akan bicara tentang pendidikan akhlak, betapa tidak gampangnya mendidik akhlak anak.
Coba lihat bermusuhan, berantem, bohong, menipu, mencuri itu kan semuanya akhlak. Dan itu punya hubungan. Kecenderungan itu berhubungan dengan asuhan layar televisi tadi itu, sekarang lebih parah daripada asuhan layar televisi, layar gadget.
Kemudian berikutnya puluhan penelitian terhadap ribuan anak-anak selama 30-an tahun menyimpulkan :
1. Satu, kekerasan visual di layar televisi menambah 10% kecenderungan jiwa anak untuk bermusuhan apapun latar belakang sosial dan pendidikannya, ini waktu dibuat penelitian gadget belum ada smartphone belum ada.
2. program anak menayangkan adegan kekerasan lebih banyak dibanding tayangan orang dewasa.
3. dan yang ketiga film kartun ini serius banget ini penelitian, film kartun menayangkan puluhan adegan kekerasan dalam 1 jamnya.
Comments
Post a Comment