Satu Dasawarsa Menjalani Kehidupan Rumah Tangga

 


Postingan ini sebenarnya panjang sekali. Tapi aku hapus. Jadi pendek sekali. Jadinya hanya Refleksi sepuluh tahun pernikahan aja, aku kutip dari ulama peneduh jiwa, Hasan Al Bashri rahimahullah

“Orang mukmin mengerjakan berbagai ketaatan dalam keadaan takut, hati yang bergetar, dan penuh kekhawatiran. Adapun orang yang fajir (pendosa) melakukan berbagai kemaksiatan dalam keadaan merasa aman.” - 📖 Tafsir Ibnu Katsir terhadap QS. Al A’raaf ayat 99

Kalimat itu tepat menjadi jawaban untuk diriku ini yang setiap kali ingin menuntaskan karya, selalu saja pertanyaan yang kemudian membuat karya itu aku tarik lagi, aku ulur, serahkan, tarik lagi, ulur lagi, muncul, "apakah manfaatnya bagiku? apakah Allah meridhoiku?" karena ada rasa khawatir jika tidak Allah ridhoi. Termasuk ketika ingin menuliskan kisah perjalanan pernikahan ini, hingga kemudian ada hikmah-hikmah yang bisa aku tuliskan.

Tapi kemudian aku urungkan. Untuk apa? Balik ke niat, beresin jiwa dulu, nulis tentang diri sendiri tuh aslinya enggak perlu selain untuk membagikan hikmah dan rasa bahagia.

Nah, yang jelas, aku bersyukur masih Allah berikan keselamatan, kebaikan dan kebahagiaan dalam maghligai rumah ini. Karena apa? Tak masalah kehilangan dunia, tetapi jangan sampai menggadaikan iman dengan menyenangkan para setan. Sebab setan itu berambisi untuk menghancurkan kehidupan, entah setan jin atau manusia. Mereka biasanya senang melihat orang lain susah dan susah melihat orang bahagia. Setan itu senang sekali jika bisa memecah belah kehidupan orang mukmin yang berumah tangga.

Jadi, wahai ummahat, mari kita jaga rasa malu. Jaga diri baik-baik. Jaga benteng rumah kita dari serangan setan. Jangan malah bangga jika bisa merebut hati pasangan dan meninggalkan bekas trauma kedalam seseorang. Jangan membandingkan pasanganmu dengan siapa pun. Karena Allah sudah menakdirkan pasangan sesuai dengan kebaikan-kebaikan yang hanya Allah yang bisa menilai secara utuh. Jangan gemar menggoda pasangan orang, dengan dalih ada banyak kekurangan pada pasanganmu.

Kita para wanita lah yang punya kendali. Alqur'an itu pasti kok, tidak ada Alqur'an yang menyebutkan bahwa lelaki itu kuat. Tetapi, yang dahsyat membuat makar dan fitnah, adalah para wanita. 

"...Sesungguhnya tipu daya wanita itu sungguh dahsyat". (Terjemah surat Yusuf ayat 28)

Maka, aku disini hanya mampu berdoa semoga Allah senantiasa memberikan taufiq untuk mempertahankan ikatan suci rumah tangga, agar mampu mengamalkan ilmu yang sudah aku pelajari, termasuk bait-bait khairunnisa kapan lalu belajar di dauroh bersama ustadz Firanda. Salah satunya adalah, betah tinggal didalam rumah, tidak menampakkan wajah ke lelaki di luar sana, dan cuma fokus membahagiakan suami dan anak-anak didalam rumah. Menjauhi sifat buruk dayyuts, tabarruj ataupun nusyuz. 

Dan untuk siapapun yang sedang diuji, apapun ujiannya, cukuplah punya keyakinan bahwa kelak di akhirat, kita dihisab masing-masing.

"Pada hari ketika manusia lari dari saudara-saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istrinya dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang sangat menyibukkan.” (Q.S. ‘Abasa: 34-37).

Teman Sejati adalah Amal

The last, teman sejati itu adalah amal. Amal-amal kebaikan. 

Semoga kita dijauhkan sifat zalim, sifat sombong, hasad, iri, dengki dan sifat buruk lainnya yang pasti menyengsarakan tidak hanya di dunia tapi di yaumil qiyamah.







Comments

Popular posts from this blog

Mukaddimah Kurikulum Pendidikan Anak dalam Keluarga Muslim sesuai Tahapan Usia bersama Ustadz Herfi Ghulam Faizi

Mendidik Anak Usia 7-9 Tahun

Mendidik Anak Usia 1-3 Tahun